Pendidikan Yang kurang Layak di Daerah Terpencil
Di era globalisasi sekarang ini bangsa
Indonesia masih dililit krisis di bidang pendidikan. Masih banyak hal yang
perlu dikoreksi terutama oleh pemerintah sebagai salah satu fasilitator
pendidikan. Pelayanan pendidikan terutama di daerah-daerah terpencil seperti di
daerah luar Jawa pada kenyataannya masih minim padahal dana APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara) yang dialokasikan khusus untuk pendidikan sudah 20%.
Dalam tulisan ini, saya ingin membahas tentang permasalahan pendidikan yang
melilit daerah-daerah terpencil, dampak dari berbagai masalh tersebut, serta
perhatian pemerintah dalam meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di daerah
terpencil.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgioSGiskBHEl2f5UplBI0cPUrhmRgk07td-MXbFzZ8nMUw62cY6JU_8SJVozs_jWF8DvMIaoGh-GQEBOVDtduG-DvKwBtWyOs8uaB_IXdUkFiF1mAVO87TymIbePaVoEiKwVr8vYg6fao/s320/010512-hl2.jpg)
Di Indonesia, pelayanan pendidikan khususnya untuk daerah-daerah terpencil
masih minim. Berbagai masalah yang menghambat proses pendidikan di suatu daerah
masih sering muncul. Sarana dan prasarana menjadi salah satu hambatan utama
yang merintangi berjalannya suatu proses pendidikan di daerah terpencil. Sarana
dan prasarana ini meliputi gedung sekolah beserta isinya, serta
peralatan-peralatan sekolah yang menunjang proses belajar mengajar di suatu
sekolah, atau lembaga tempat belajar. Sering kita lihat pembangunan
gedung-gedung sekolah megah diperkotaan dengan fasilitas yang memadai untuk
kegiatan belajar mengajar. Namun hal itu akan berbanding terbalik ketika kita
melihat keadaan yang sebenarnya di daerah terpencil. Tidak ada fasilitas yang
cukup memadai untuk menunjang kemajuan proses belajar mengajar yang mereka
lakukan. Gubug-gubug reyot yang mereka sebut sebagai gedung sekolah tidak mampu
memberikan fasilitas yang memadai sebagaimana sekolah-sekolah normal pada
umumnya.
Pada kenyataannya, pembanguan fisik sekolah-sekolah di
wilayah perkotaan terus menjamur seiring dengan dikeluarkannya dana BOS (Bantuan
Operasional Sekolah) oleh pemerintah. Sayangnya perhatian pemerintah tentang
pendidikan yang disalurkan lewat dana BOS tersebut tidak begitu nyata dirasakan
dampaknya oleh masyarakat atau sekolah-sekolah di daerah pedalaman atau daerah
terpencil. Gembar-gembor dana BOS yang dijanjikan oleh pemerintah membahana ke
seluruh pelosok negeri, namun pada kenyataannya wujud fisik dari dana BOS
tersebut tidak pada sekolah-sekolah di daerah terpencil. Hal ini terjadi
biasanya disebabkan oleh masalah-masalah klasik seperti hambatan pada
transportasi dan komunikasi. Selain itu hambatan dari manusianya sendiri sering
menjadi salah satu alasan pendistribusian dana BOS yang tidak tersalurkan.
Hambatan manusia ini dapat berupa KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) yang dilakukan
oleh aparat-aparat yang bertugas dalam pendistribusian dana BOS sehingga tidak
tersampaikan kepada sekolah-sekolah di daerah teroencil sebagaimana mestinya.
Masalah inilah yang sebenarnya sulit dihindari bila dibandingkan dengan masalah
transportasi dan komunikasi, mengingat budaya korupsi masih menggerogoti mental
bangsa Indonesia di berbagai bidang.
Masalah yang tidak kalah menyita perhatian dalam
pendidikan terutama di daerah terpencil adalah masalah kualitas guru. Tuntutan
mengajar seorang guru di daerah terpencil lebih berat bila dibandingkan
tuntutan guru yang mengajar di daerah perkotaan. Hambatan ini dipicu oleh
masalah minimnya sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran di daerah
terpencil. Sehingga seringkali seorang guru di daerah terpencil memutar otak
untuk memenuhi hal tersebut. Apalagi bobot materi yang harus diajarkan harus
sesusai dengan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sejak diberlakukannya UAN
(Ujian Akhir Nasional) sebagai standar kelulusan bagi siswa-siswi sekolah
menengah. Hal ini tentunya menambah beban mental bagi guru di pedalaman, karena
selain harus memikirkan hidupnya sebagai seorang individu di daerah terpencil,
seorang guru di daerah terpencil juga harus memikirkan tanggungjawabnya sebagai
seorang guru. Namun sayangnya perhatian pemerintah kepada para guru di daerah
daerah terpencil kurang. Beban yang ditanggung oleh seorang guru di
daerah terpencil tidak sebanding dengan imbalan yang didapatkan.
Selain kurang diperhatikannya nasib guru di
daerah terpencil, sistem perekrutan guru di daerah terpencil juga kurang baik.
Biasanya guru yang terdapat di daerah terpencil bukanlah seseorang yang ahli di
bidangnya. Seringkali guru di daerah pedalaman adalah seseorang dengan ilmu dan
kemampuan mengajar yang seadanya. Hal ini biasanya disebabkan karena guru yang
direkomendasikan untuk mengajar hanya lulusan sekolah menengah saja, sehingga
proses pembelajaran tidak berjalan maksimum.
Selain kedua masalah pendidikan yang melilit daerah
terpencil tersebut, masalah keadaan lingkungan dan kondisi masyarakat di daerah
terpencil juga mempengaruhi berlangsungnya proses pendidikan di daerah
terpencil. Di daerah terpencil biasanya belum banyak adanya pembangunan seperti
di daerah perkotaan, yaitu pembangunan jalan, jembatan dan lain sebagainya. Hal
ini menghambat perjalanan siswa dan guru yang akan pergi dan pulang sekolah.
Seorang siswa atau pendidik yang kurang sadar akan pentingnya pendidikan lama
kelamaan akan menyerah dengan kondisi ini, dan terjadilah purus sekolah. Selain
kendala kondisi lingkungan, kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
masih kurang. Padahal kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan adalah
pondasi awal yang dibutuhkan untuk membangun pendidikan dan pembangunan di
daerah tersebut. Kebanyakan dari mereka lebih memilih menginfestasikan hartanya
untuk hal-hal yang menurut mereka lebih berguna bila dibandingkan dengan
pendidikan. Selain itu, terkadang mereka lebih rela menikahkan anak-anak mereka
di usia muda dibanding menyekolahkan mereka, karena sekolah bagi sebagian dari
mereka adalah sesuatu yang hanya akan memperparah kemiskinan mereka.
Berbagai dampak dari masalah muncul seiring dengan
memanasnya masalah pendidikan yang dialami oleh daerah terpencil. Dampak dari
masalah-masalah tersebut antara lain, kemajuan mutu pendidikan di suatu daerah
terpencil akan terhambat. Mutu pendidikan di daerah terpencil tidak akan pernah
sama dengan mutu pendidikan di daerah perkotaan selama masalah-masalah
pendidikan di daerah terpencil belum dapat teratasi.
Selain itu, masalah-masalah tersebut
menyebabkan tertinggalnya pembangunan suatu daerah dengan daerah lainnya.
Seperti yang telah disebutkan bahwa, kemajuan pendidikan di suatu daerah/negara
merupakan wujud dari kemajuan pembangunan di suatu daerah/negara. Jadi suatu
daerah akan baik pembangunannya bila pendidikannya maju, dan sebalikknya suatu
daerah akan terpuruk pembangunnanya bila mutu pendidikannya pun terputuk. Hal
ini bisa menyebabkan masyarakat di suatu daerah dipandang sebelah mata oleh
masyarakat di daerah lain yang pendidikan dan pembangunanya lebih maju.
Sehingga hal ini tidak baik bila terus menerus diabaikan.
Masalah-masalah pendidikan di
daerah terpencil tidak baik bila diabaikan begitu saja. Dalam hal ini
pemerintah seharusnya mempunyai langkah-langkah konkret untuk mengatasinya.
Langkah-langkah tersebut bisa berwujud perhatian yang lebih dari pemerintah dan
masyarakat, maupun pengawasan yang lebih intensif terhadap pendidikan di daerah
terpencil. Wujud perhatian yang bisa diberikan oleh pemerintah kepada
sekolah-sekolah di daerah terpencil adalah meningkatkan sarana dan prasarana
yang masih minim, memperbaiki kualitas guru dengan memberikan suport materi dan
motivasi secara personal, mengingat perjuangan seorang guru di daerah terpencil
lebih berat bila dibandingkan dengan guru di daerah perkotaan. Hal ini
bisa dilakuukan dengan penaikan gaji guru di daerah terpencil, serta seringnya
diadakan perukaran guru antar daerah agar guru di daerah terpencil dapat
termotivasi semangatnya.
Selain itu, perlu dilakukan pengawasan
terhadap berbagai jenis bantuan yang akan digunakan untuk memperbaiki sarana
dan prasarana, kualitas guru dan penunjang pendidikan lainnya. Hal ini bisa
direalisasikan dengan semangat otonomi daerah, sehingga pengawasan pemerintah
terhadap pendidikan di daerah-daerah terpencil lebih optimal.
Oleh karena itu, tidak hanya pemerintah yang harus
berperan dalam memajukan pendidikan di daerah terpencil, namun peran serta dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dalam suatu kehidupan juga
menjadi peran penting dalam memajukan pendidikan dan selanjutnya pembangunan di
suatu daerah, terutama daerah terpencil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar